Selasa, 12 Januari 2010

Cultivation of Tea



Sejarah dan Klasifikasi Teh
Sebelum Masehi Negeri Cina dipercaya sebagai tempat lahirnya tanaman teh yang pada awalnya merupakan legenda. Penemuan teh dilakukan secara tak sengaja oleh seorang raja Cina. Pada tahun 2737 SM, seorang Kaisar bernama Shen Nung melakukan perjalanan. Di tengah hutan, rombongan raja beristirahat karena letih. Ketika tengah menjerang air, lalu beberapa lembar daun yang tertiup angin secara tak sengaja masuk ke dalam air yang tengah mendidih tersebut. Karena penasaran, ia memutuskan untuk mencicipi air rebusan daun tersebut, dan ternyata rasanya enak dan menyegarkan tubuh. Sejak itulah daun yang kemudian diketahui adalah teh dikenal sebagai bahan minuman yang berkhasiat. Tahun 1500-an s/d 1600-an teh mulai masuk ke Eropa melalui misionaris Jasper de Cruz. Pada tahun 1560 melalui Portugal, lalu menyebar ke Prancis, Belanda, hingga negara-negara Baltik. Lalu pada tahun 1600-an mulai masuk ke Inggris dan menggantikan Ale (sejenis Bir) sebagai minuman Nasional. Sedangkan di Indonesia, teh mulai dikenal pada tahun 1686, ketika seorang dari Belanda bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Di awal abad ke-19, teh mulai dikenal luas sebagai tanaman perkebunan. Tahun1824 tercatat resmi sebagai awal pengenalan tanaman teh di Jawa. Tahun 1900-an s/d sekarang teh sudah menjadi konsumsi semua orang. Keberadaan teh sudah lebih modern dan maju. Mulai dari teh yang di dalam botol dan siap minum, teh yang dicampur bunga melati, hingga bentuk-bentuk inovasi dari rasa teh itu sendiri seperti teh rasa buah, madu, dan lain-lain.
Teh yang dikenal dengan suatu spesies tunggal yaitu Camellia Sinensis memiliki beberapa varietas khusus, yaitu sinensis, assamica dan irrawadiensis. diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)
Sub divisi : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)
Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo (bangsa) : Guttiferales (Clusiales)
Familia (suku) : Camelliaceae (Theaceae)
Genus (marga) : Camellia
Spesies (jenis) : Camellia sinensis
Varietas : Assamica

Teknik Budidaya dan Teknik Pemeliharaan
Morfologi Tanaman
Tanaman teh berbentuk pohon. Tingginya bisa mencapai belasan meter. Namun, tanaman the di perkebunan selalu dipangkas untuk memudahkan pemetikan. Mahkota tanaman the berbentuk kerucut. Daunnya berbentuk jorong atau agak bulat telur terbali /lanset. Tepi daun bergerigi. Daun tunggal dan letaknya hamper berseling. Tulang daun mennyisip. Permukaan atas daun muda berbulu halus, sedangkan permukaan bawahnya bulunya hanya sedikit. Permukaan daun tua halus dan tidak berbulu lagi.
Bunga tunggal dan ada yang tersusun dalam rangkaian kecil. Bunga muncul dari ketiak daun. Warnanya putih bersih dan berbau wangi lembut. Mahkota bunga berjumlah 5-6 helai. Putik dengan tangkai yang panjang atau pendek dan pada kepalanya terdapat tiga buah sirip.
Buah the berupa buah kotak berwarna hijau kecoklatan. Buah yang masak dan kering akan pecah dengan sendirinya serta bijinya ikut keluar, biji berwarna putih sewaktu masih muda dan berubah menjadi coklat setelah tua. Akar the berupa akar tunggang dan mempunyai banyak akar cabang.

Syarat Tumbuh
Agar dapat tumbuh dengan baik, maka the membutuhkan syarat-syarat lingkungan yang khusus. Syarat tumbuh untuk tanaman teh meliputi:
1. Ketinggian tempat dari permukaan laut.
Tanaman the adalah tanaman dataran tinggi. Ketinggian tempat yang ideal di daerah tropis adalah 1200-1800 meter dpl. Namun, di Indoesia ketinggian ideal adalah 700-1200 m dpl, misalnya Puncak, Jawa Barat. Di tempat demikian produksi pucuk daun the optimal tercapai pada saat tanaman berumur 7 tahun. Pada ketinggian lebih dari 1200 m dpl produksi optimal daun the baru dicapai sesudah tanaman berumur 10 tahun karena pembentukan tunas lambat. Bahkan di tempat yang lebih tinggi lagi, kadang tanaman tidak bertunas. Tempat yang terlalu tinggi akan mempengaruhi intensitas sinar matahari.

2. Curah hujan dan temperatur
Curah hujan rata-rata 2500-3500 mm per tahun baik untuk tanaman the. Curah hujan minimum bagi tanaman the hingga 1000-1250 mm per tahun. Tanaman the ini sangat tidak tahan terhadap daerah yang panas dan kering. Daerah yang basah dengan curah hujan tinggi dan jumlah hari hujan yang banyak setiap tahunnya sangat disukai. Temperatur ideal bagi tanaman the adalah yang sejuk. Suhu yang diinginkan sekitar 14-250C.
3. Tanah
Tanah yang mempunyai kedalaman olah tinggi, berdrainase baik, dan kaya akan unsur hara cocok untuk perkebunan the. Tanah demikian mudah menyerap air dan mudah pula mengeluarkan air, sehingga pada saat hujan yang terus-menerus tanah tidak terlalu becek dan cepat kering.
Jenis tanah seperti lempung berpasir, latosol, andosol, podzolik merah, lempung berat (heavy clay), dan tanah vulkanis muda cocok untuk tanaman the. Di Indonesia tanah yang paling sesuai untuk ditanami the adalah jenis andosol. The menghendaki tanah yang bersifat sedikit asam dengan pH 5-6.
Kebanyakan tanaman teh memiliki fase pertumbuhan dan periode dorman, biasanya selama musim dingin. Daun teh dipetik pada saat tunas baru (atau “pucuk daun muda”) muncul. Pada daerah beriklim lebih panas, tanaman teh memiliki beberapa tunas dan dapat dipetik sepanjang tahun. Pada kondisi yang lebih dingin di dataran tinggi, memiliki musim panen tersendiri. Daun dari tunas yang lebih awal tumbuh, umumnya pada musim semi, mempunyai kualitas yang terbaik.
Jenis teh terdiri dari empat kelompok utama: teh hijau, teh hitam, teh oolong, dan teh putih. Semua jenis teh tersebut berasal dari tanaman yang sama. Varietas khusus dari tanaman teh dan cara pemrosesan daun teh setelah pemanenan menentukan jenis teh yang dibuat.
Kebun teh (perkebunan teh) adalah tempat dimana teh yang mempunyai potensi rasa enak dihasilkan, dengan perawatan serta perhatian untuk memastikan kondisi pertumbuhan terbaik yang mungkin dibuat. Sebagai contoh dengan penanaman pohon untuk menyediakan tempat yang teduh, atau penanaman tanaman penghalang angin, untuk mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh angin kencang, terutama di dataran Assam . Tanaman teh ditumbuhkan secara berbaris dengan jarak satu meter. Pohon teh harus dipangkas setiap empat atau lima tahun dengan tujuan untuk memudakan kembali dan memelihara supaya mempunyai tinggi yang tetap untuk memudahkan para pemetik teh, memetik teh. Hal ini dikenal dengan istilah “Tabel Pemetikan”. Pohon teh mampu menghasilkan teh yang bagus selama 50 – 70 tahun, namun setelah 50 tahun hasil produksinya menurun. Pada saat tersebut pohon yang sudah tua sudah saatnya digantikan dengan pohon yang masih muda yang telah ditumbuhkan di perkebunan untuk pembiakan tanaman muda.
Perawatan
Kunci keberhasilan pada semua usaha penanaman adalah adanya perawatan yang baik dan teratur. Dengan perawatan ini, tanaman akan tumbuh sehat, segar, dan produksi daun tinggi. Langkah-langkah dalam perawatan teh ini harus dilakukan sejak tanaman masih kecil, semenjak dipembibitan.
Perawatan tanaman teh meliputi :
• Pemupukan
Untuk menambah unsur hara tanah maka diperlukan tambahan pupuk yang tepat dan teratur. Pemupukan ini disesuaikan dengan umur tanaman muda atau dewasa. Dosis pupuk yang diberikan meningkat dengan bertambahnya umur tanaman karena adanya penambahan unsur hara yang dibutuhkan.
Dosis pemupukan :
Pupuk yang diberikan pada tanaman teh adalah pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor, kalium dan NPK.
Waktu pemupukan :
Pemupukan dilakukan 3-4 kali setahun. Saat pemberian pupuk baik pada awal dan akhir musim penghujan. Pada waktu itu, pupuk akan diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman dengan lebih baik karena sesuai dengan periode tumbuhnya dan faktor cuaca yang mendukung.
• Pemangkasan
Tanaman teh yang dibiarkan tumbuh normal, tidak dipangkas, tinggi tanaman bisa mencapai belasan meter. Tinggi tanaman yanga demikian akan menyulitkan pemeliharaan dan pemetikan pucuk, oleh karena itu diperlukan pemangkasan.
Tujuan dari pemangkasan adalah untuk merangsang pertumbuhan tunas baru dan memperluas bidang pemetikan.



Jenis pemangkasan :
 Pemangkasan indukan
Pemangkasan yang dilakukan pertama kali dengan tujuan memberi bentuk perdu atau membentuk frame.pelaksanaannya dilakukan apabila ukuran garis tengah batang kira-kira 2,5 cm.
 Pemangkasan bentuk
Tujuan pemangkasan ini sama dengan pemangkasan indukan. Cabang dipotong setinggi 30-40 cm dari atas tanah. Pemangkasan ini dilakukan 1,5-2,5 tahun setelah pemangkasan indukan.
 Pemangkasan keprasan
Tujuan pemangkasan ini untuk mendapatkan cabang baru yang diharapkan akan menghasilkan tunas. Pemangkasan ini dilakukan 2,5-3 tahun setelah pemangkasan bentuk. Jarak antara kedua keprasan sekitar 1,5-2 tahun atau tinggi tanaman sekitar 1,5 cm.
 Pemangkasan produksi
Tujuan pemangkasan ini sama dengan pemangkasan keprasan. Pemangkasan produksi pertama dilakukan pada umur 8 tahun dengan tinggi tanaman 45 cm. Pemangkasan kedua dilakukan pada umur 11 tahun dengan tinggi tanaman 50 cm. Pemangkasan ketiga pda umur 14 tahun dengan tinggi tanaman 55 cm. Pemangkasan kesepuluh pada umur 35 tahun dengan tinggi tanaman 90 cm.
 Pemangkasan dalam
Pemangkasan yang dilakukan antara bekas 2 pasangan bentuk, antara pangkasan bentuk 1 dan 2.

Alat pemangkasan :
Alat yang digunakan adalah gergaji pangkas dengan panjang 40-60 cm dan lebar pangkal 7-8 cm yang semakin meruncing ke ujung. Ujung yang runcing memudahkan alat tersebut masuk ke sela-sela batang atau cabang yang hendak di pangkas.
Selain gergaji biasanya juga menggunakan golok, pisau, gunting pangkas, atau parang yang tajam yang bisa digumakan asalkan hasilnya rapi dan tidak banyak melukai batang.

Cara pemangkasan :
Tongkat di ukur diletakkan vertikal di tengah-tengah pohon. Lalu 2 atau 3 cabang dipotong sesuai dengan ketinggian tongkat ukur. Cabang lainnya dipangkas rata berpedoman pada cabang yang telah di ukur tadi. Bidang pemangkasan harus di buat rata dan sejajar dengan kemiringan tanah.
Sewaktu pemangkasan bidang permukaan batang atau cabang selalu dibuat sudut lancip dengan sumbu cabang yang dipotong. Sudut yang baik sekitar 45 derajat.
Bidang pemangkasan pada batang atau cabang yang berukuran besar perlu ditutup dengan bahan tertentu.

Waktu pemangkasan :
Waktu yang paling tepat adalah di penghujung musim penghujan. Karena pada saat itu hujan masih ada, tetapi dengan frekuensi yang tidak terlalu besar dan curah hujan sesuai dengan kebutuahan tanaman. Air hujan yang dibutuhkan digunakan untuk menumbuhkan tinas-tunas baru.
• Pengendalian gulma
Gulma yang biasa menyerang teh adalah rumput-runputan, teki, alang-alang dan lumut. Cara pemberantasan gulma ini dengan cara manual ( penyiangan ) dan kimia (hebisida).
• Peremajaan
Tujuan peremajaan untuk menggantikan tanaman tua dengan tanaman yang muda yang lebih produktif.

Penanggulangan Hama Penyakit Tanaman
Hama dan penyakit pada tanaman merupakan hal yang telah menjadi permasalahan sejak lama. Salah satu tanaman budidaya yang terkena hama dan penyakit adalah teh (Camellia sinensis). Hama yang biasa menyerang tanaman teh sebagai berikut:
a. Ulat penggulung pucuk (laspeyresia leucostoma)
b. Ulat penggulung daun melintang (gracilariatheivora)
c. Ulat kepala hitam (Homona cofferia)
d. Ulat saku atau ulat kantong (psychidae)
e. Kepik biji teh (poecilocoris hardwickii)
f. Helopeltis
g. Tungau
Penyakit pada tanaman teh:
1. Penyakit yang disebabkan oleh organisme
2. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan unsur hara
Salah satu hama yang sering menyerang tanaman teh adalah tungau, contohnya adalah Brevipalpus phoenicis. Tungau ini dapar dikendalikan dengan bahan-bahan kimiawi, tetapi akan berdampak kepada lingkungan akibat bahan kimia tersebut. Cara lain dalam penanggulangan tungau hama yaitu dengan menggunakan tungau predatornya. Tungau predator yang dikenal cukup efektif adalah Amblyseius deleoni.
Penyakit cacar daun teh yang disebabkan oleh jamur E. vexans dapat menurunkan produksi pucuk basah sampai 50 persen karena menyerang daun atau ranting yang masih muda. Umumnya serangan terjadi pada pucuk peko, daun pertama, kedua dan ketiga. Gejala awal terlihat bintik-bintik kecil tembus cahaya, kemudian bercak melebar dengan pusat tidak berwarna dibatasi oleh cincin berwarna hijau, lebih hijau dari sekelilingnya dan menonjol ke bawah. Pusat bercak menjadi coklat tua akhirnya mati sehingga terjadi lubang. Penyakit tersebar melalui spora yang terbawa angin, serangga atau manusia. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban udara yang tinggi, angin, ketinggian lokasi kebun dan sifat tanaman. Banyaknya bulu daun pada peko dapat mempertinggi ketahanan terhadap penyakit cacar. Kedatangan cacar daun dapat diramalkan apabila dalam 7-10 hari berturut-turut turun hujan. Pengendalian penyakit dilakukan dengan pengaturan naungan agar sinar matahari dapat masuk ke kebun. Pemangkasan teh di musim kemarau agar tanaman yang baru dipangkas dapat berkembang karena pada saat ini cacar teh sulit berkembang. Pengaturan daur petik kurang dari 9 hari dapat mengurangi sumber penularan baru karena pucuk terserang sudah terpetik. Untuk pencegahan, sebaiknya ditanam klon teh yang tahan seperti PS 1 dan RB 1.

Panen dan Pascapanen
Panen merupakan tahap pemetikan hasil penanaman suatu tanaman. Dan pascapanen merupakan lanjutan dari proses panen. Dimana dalam tanaman teh ini panennya dimulai dengan pemetikan teh. Pemetikan sendiri merupakan pekerjaaan memetik pucuk teh yang terdiri dari kuncup, ranting muda, dan daunnya. Pemetikan mempunyai aturan tersendiri untuk menjaga agar produksi teh tetap tinggi dan tanaman tidak rusak. Pemetikan yang tidak teratur akan mengakibatkan turunnya nilai ekonomis teh itu sendiri.
Jenis petikan dalam pemetikan teh :
 Jenis petikan berdasarkan jumlah helai daun
 Jenis petikan menurut waktu petik
Daur petikan the, yaitu jangka waktu petik antara 2 pemetikan yang berurutan yang dinyatakan dengan hari. Daur petikan biasa disebut dengan giliran petik.
Pembentukan bidang petik teh (bending):
Tanaman teh yang tingginya sudah mencapai 40 cm dan kulit cabang telah berwarna coklat kemerahan, maka tanaman harus segera dibending. Bending dilakukan sekitar 3 bulan setelah tanam dan tidak boleh dilakukan pada musim kemarau. Cabang yang dibending sebaiknya hanya 3-5 cabang saja yang sebelumnya harus dipetik dulu pucuknya.
Pucuk the yang baru dipetik elum bisa dikatakan siap dikonsumsi atau diperdagangkan, melainkan harus melalui suatu proses pengolahan. Dengan pengolahan yang baik diharapkan bisa diperoleh suatu hasil yang seduhannya memberikan rasa enak, aroma harum, dan warna menarik. Bahkan the yang dihasilkan bisa disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Teh di Indonesia ada tiga jenis berdasarkan cara pengolahannya, yaitu:
1. Teh Hitam (black tea / fermented tea)
The hitam merupakan hasil olahan pucuk daun the yang mengalami tahap fermentasi. Pada dasarnya, proses pengolahan the hitam melalui tahap-tahap, yaitu pengangkutan pucuk segar, pelayuan, penggilingan dan sortasi basah, fermentasi, pengeringan, sortasi kering, penyimpanan, serta pengemasan.
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh bahasa Tionghoa atau dalam bahasa Jepang adalah “teh merah” karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang Barat menyebutnya sebagai “teh hitam” karena daun teh berwarna hitam. Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur).


2. Teh Hijau (green tea / unfermented tea)
The hijau dihasilkan dari pengolahan yang tanpa proses fermentasi setelah dipetik. Pengolahan the hijau juga melalui beberapa tahap seperti pelayuan, penggulungan, pengeringan, dan sortasi. Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).
3. The Wangi (jasmine tea)
The wangi merupaka the hijau yang ditambah bunga melati (Jasminum sambac) atau bunga melati gambir (Jasminum officinale) untuk memperbaiki rasa dan aroma the.
Selain dari ketiga jenis the di atas, ada beberapa macam the yang juga dibagi berdasarkan penanganan pascapanennya, yaitu:
 The Oolong (semifermented tea)
The ini merupakan hasil dari proses pengolahan peralihan antara the hitam dan the hijau. Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-3 hari.
 Teh Putih
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai popular.
 Teh Kuning
Sebutan untuk teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar atau teh yang berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan proses pengeringan yang lebih lambat.
 Kukicha
Teh kualitas rendah dari campuran tangkai daun dan daun teh yang sudah tua hasil pemetikan kedua, dan digongseng di atas wajan.
 Genmaicha
Teh hijau bercampur berondong dari beras yang belum disosoh, beraroma harum dan sangat populer di Jepang.

Varietas Unggul dan Hasil Olahan
Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia yang berasal dari Cina, Tibet dan India bagian Utara. Ada dua varietas utama tanaman teh. Varietas berdaun kecil, dikenal sebagai Camellia sinensis, yang tumbuh dengan baik di daerah pegunungan tinggi berhawa dingin di Cina tengah dan Jepang. The Sinensis yang juga dikenal dengan nama the Cina atau the Jawa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tinggi 3-9 meter, pertumbuhan lambat, jarak antara cabang dengan tanah sangat dekat, daun berukuran kecil, pendek, ujungnya agak tumpul, dan warnanya agak tua. Varietas berdaun lebar, dikenal sebagai Camellia assamica, yang tumbuh paling baik di daerah beriklim tropis yang lembab, di India bagian utara dan Szechuan dan propinsi Yunnan di Cina. Tanaman teh ini mempunyai cirri-ciri: tinggi pohon bisa mencapai 12-20 meter, pertumbuhan lebih cepat, cabang agak jauh dari permukaan tanah, ukuran daun lebih lebar, panjang, ujungnya runcing, daun berwarna hijau gelap, mengkilap.
Bermacam-macam hasil penyilangan yang berasal dari dua spesies tersebut diatas telah dikembangkan agar sesuai dengan beberapa kondisi. Menurut pepatah Cina kuno, ‘'teh yang unggul berasal dari pegunungan tinggi”. Dataran tinggi dan kabut di pegunungan berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar matahari yang terlalu terik dan memberikan temperatur serta kelembaban yang sesuai, sehingga dedaunan dapat tumbuh dengan lambat dan tetap lunak. Seperti halnya dengan minuman anggur, kualitas dan rasa istimewa teh dipengaruhi baik oleh lingkungan (tanah, suhu, dan ketinggian tempat) dan pembuat teh (yang menentukan kapan dan bagaimana daun teh dipetik serta pemprosesannya).
Bunga Kwai. Jenis ini terdapat di China. Teh ini berasal dari kumpulan bunga osmanthus. Tumbuhan ini juga berasal dari China, merupakan tanaman beraroma manis dengan cita rasa yang kuat. Di China tanaman ini juga digunakan dalam pembuatan berbagai macam bahan makanan seperti gula dan minuman anggur.

Teh Pu-erh (Pou Nei). Teh ini bentuknya dipres untuk kepentingan pematangan dan penyimpanan. Rasa daun yang berdaging cukup kuat. Berasal dari propinsi Yunnan di China, biasanya semakin enak apabila mengalami proses penyimpanan sampai puluhan tahun. Teh ini biasanya digunakan untuk diet. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam.

Teh Kuning. Merupakan teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar. Berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan proses pengeringan yang lebih lambat.


Bancha,
adalah teh tradisional Jepang. Daunnya lebih kasar, rendah kafein serta tinggi zat tannin.

Jasmin Tea. Di Indonesia jenis teh yang paling populer adalah jasmin teh (teh wangi melati). Merupakan teh hijau yang dicampur bunga melati sehingga menimbulkan aroma atau wangi yang khas. Bunga-bunga lain yang sering di jadikan campuran teh adalah mawar, seroja, leci dan seruni.

Teh Darjeeling. Pada awal abad ke 19 Kolonial Inggris memperkenalkan perkebunan teh yang luas di lereng Himalaya. Sinar matahari yang terik di pegunungan dan temperatur yang rendah di malam hari menyebabkan dedaunan teh tumbuh lambat, menghasilkan teh dengan aroma istimewa dan lembut bernama teh darjeeling. Teh ini mendududki ranking terbaik dan paling mahal di antara jenis-jenis teh lain di dunia.

Sencha, merupakan jenis teh yang paling populer di Jepang. Daunnya datar dan panjang.sencaha jepang memiliki rasa sedikit manis. Sedangkan sencaha China mengingatkan pada bau rumput kering segar dan aroma kuat.
Pada dasarnya, produk yang berbasis teh mempunyai spektrum industri yang sangat luas yang mencakup teh untuk minuman, meliputi teh kemasan ( packet tea), tea bag, instant tea , flavoured tea , teh wangi (teh melati), decafeinated tea , dan aneka minuman siap saji ( ready to drink tea ) antara lain teh botol, teh kotak (tetrapack tea ), canning tea , fermented tea, fruit tea, ice tea, tea cola , dan foamy tea. Teh untuk bahan campuran makanan antara lain dalam bentuk :
1. tea-candies
2. tea-noodles
3. tea biscuits
4. tea-cake
5. tea-rice
6. tea-porridge
7. tea-ice-cream
8. dietary food
Dan teh digunakan untuk keperluan industri pewarna makanan dan pengawet makanan alami. Teh untuk industri farmasi antara lain dalam bentuk teh jamu :
1. food supplement
2. cafein, catechin (anti kanker)
3. tea flavin
4. tea rubigin
5. vitamin (B,C,E) dan
6. fluoride.
Teh untuk keperluan industri toiletries dan disposable under wear karena adanya sifat anti mikroba dari teh. Kandungan fluor yang tinggi dalam teh telah mendorong penggunaan teh untuk industri pasta gigi, dan obat kumur.
Teh untuk industri kosmetik antara lain :
• perfume
• beuty oil dari minyak biji teh
• deodorant dan,
• aneka bahan pewarna kosmetik

Teh untuk biopestisida antar lain berupa disinfectant dan saponin dari biji teh untuk pembasmi hama udang.
Manfaat dan Kelebihan
Manfaat serta keunggulan teh antara lain adalah sebagai antioksidan, memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah, melancarkan sirkulasi darah. Maka, tidak heran bila minuman ini disebut-sebut sebagai minuman kaya manfaat.
Karena itu selain sebagai minuman ringan, teh juga dapat digunakan sebagai terapi untuk kesehatan. Jika kita meminum secangkir teh, maka kita setidaknya tahu apa saja zat terbaik yang ada di dalam secangkir teh yang kita minum. Zat apa saja yang terdapat dalam teh sehingga membuatnya dikenal sebagai minuman kaya manfaat. Berikut ini beberapa zat utama yang bermanfaat yang terdapat di dalam secangkir teh.

Polifenol
Polifenol pada teh berupa katekin dan flavanol. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh juga ampuh mencegah berkembangnya sel kanker dalam tubuh. Radikal bebas ada di tubuh kita karena lingkungan udara yang tercemar polusi dan juga dari makanan yang kita makan.

Vitamin E
Dalam satu cangkir teh mengandung vitamin E sebanyak sekitar 100-200 IU yang merupakan kebutuhan satu hari bagi tubuh manusia. Jumlah ini berfungsi menjaga kesehatan jantung dan membuat kulit menjadi halus.

Vitamin C
Vitamin ini berfungsi sebagai imunitas atau daya tahan bagi tubuh manusia. Selain itu vitamin C juga berfungsi sebagai antioksidan yang diperlukan untuk ketahanan tubuh manusia terhadap penyakit.

Vitamin A
Vitamin A yang ada pada teh berbentuk betakaroten merupakan vitamin yang diperlukan tubuh dapat tercukupi.






DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. http://blogspot/budidaya_teh
http://deptan.co.id/teh
Tim Penulis PS. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar